RSS

Arsip Bulanan: Desember 2011

||#((BBSA))*Bad Boy si Akuma*#|| Chapter 7!!

~**Bad Boy si Akuma**~

Chapter ì7 >.<
*Mamori Ngambek*

2 hari kemudian. . .
Karena kepelitan Hiruma tidak mau mengajari, Mamori ngambek. Hiruma pusing dibuatnya lantaran Mamori tidak mau tersenyum, hanya cemberut dan tidak mau dekat-dekat Hiruma.

"Bocah sialan cepat makan"
Tap tap, Mamori menuju meja makan dan duduk di pojokan. Dia menyantap makanannya tanpa suara. Hiruma meliriknya lalu membuang nafas.

'Ck sampai kapan dia jadi patung es sialan begitu'.

"Sudah selesai" Mamori berdiri membawa piringnya lalu mencucinya.

'Ck dia tidak menghabiskan makanan sialannya lagi' keluh Hiruma dalam hati.

~**~
"Hoy Hiruma ada apa? Kuperhatikan sepanjang kuliah kau melamun terus?"
"Hn tidak"
"Hey aku sudah lama mengenalmu, baru kali ini melihatmu begini"
"Jangan berisik"
"Hey cerita saja ada apa?" Kosuke manarik-narik lengan Hiruma.
"Tidak ada" Hiruma menatap malas.
"Hah ya sudah dech"
Mereka melanjutkan jalan menuju tempat parkir.

"Anak kecil ngambek..B bagaimana menghadapinya?" ucap Hiruma tiba-tiba.
"Eh apa? Ngambek? Siapa?" Kosuke bingung.
"Ck sialan jawab saja kenapa?"
"Iya iya galak amat" Kosuke memonyongkan bibir. "Ehem baik, ya tinggal turuti permintaanya atau alihkan perhatiannya dengan membelikan mainan mungkin atau aha ke taman hiburan, pasti senang" jelas Kosuke.

'Ck benar juga, mungkin ide teman sialan ini bisa dipakai'

"Hiruma-kun~" teriak seorang wanita dari jauh, dia adalah Karin teman sekampus mereka.
"Kenapa sialan?"
"Malam ini kita bersenang-senang yuk" ucapnya manja.
"Aku sibuk" jawab singkat Hiruma lalu menuju motornya.
"Hiruma-kun~ kenapa akhir-akhir ini kau selalu menolakku?"
Hiruma cuek dan dengan segera memacu motornya pulang.
"Tidak hanya kau, semua wanitanya juga menggerutu sepertimu kok" kata Kosuke.
"Eh kenapa? Apa dia punya mainan baru? Siapa? Terus di.."
"Mana ku tahu, sudah aku pulang duluan ada janji" Kosuke memacu motornya.
"Sial, siapa wanita yang berani-beraninya menguasai Hiru-kun sendirian, harus cepat" gerutu Karin.

Tiba di apartemen, Hiruma melihat Mamori duduk melihat TV. Hiruma duduk di sofa samping Mamori tapi Mamori langsung berdiri untuk menjauh, namun Hiruma menahannya dan mendudukkannya kembali.
"Mamo haus mau minum"
"Aku mau bicara bocah sialan"
Mamori diam, Hiruma melanjutkan "Aku bukannya pelit bodoh, tapi.."

Tet Tet, bel apartemen berbunyi.

'Ck siapa orang sialan yang datang, pengganggu sialan'

"Mamo buka pintu dulu"
"Tidak usah biar aku saja"
Hiruma menuju pintu dan membukanya.
CEKLEK, "Hiruma-kun~ rupanya benar kau dirumah" seorang wanita masuk dan langsung memeluk Hiruma, dia Karin.
"Ck ada perlu apa wanita sialan?"
"Aku ingin bermain denganmu bad boy sayank~ emmph" Karin memeluk leher Hiruma dan langsung menciumnya. Hiruma diam saja tak menolak dan tak membalas.
Karin melepaskan pangutannya dan bersandar pada dada Hiruma.
"Sudah puas wanita sialan, ini yang terakhir jangan menggangguku lagi" ucap Hiruma dingin di dekat telinga Karin dan terlihat seolah Hiruma tengah mencium Karin dari posisi Mamori. Ya dia melihat semuanya. Mamori mematung, dia terlampau kaget melihat pemandangan itu.
Dan tanpa sengaja Hiruma melihatnya, pandangan matanya bertubrukan dengan pandangan Mamori. Sadar akan itu Mamori mundur dan bergegas lari menuju kamar.
"Apa maksudmu Hiru-kun?"
"Pergilah"
"Kenapa?"
"CK AKU BILANG PERGI WANITA SIALAN" berteriak mendorong Karin ke luar.
"Tunggu kenapa?" BRAKK, Hiruma membanting pintu.

'Sial, aku lupa ada dia, harusnya segera kulempar wanita sialan ini daritadi' Hiruma mengacak-acak rambutnya, dia bergegas menuju kamar.

Dengan ragu Hiruma membuka pintu, Ceklek. Hiruma menemukan Mamori yang tengah meringkuk di tempat tidur dan menutup seluruh badannya dengan selimut.
"H hey bocah sialan kau.."
"Gomen.."
"Eh?" Hiruma bingung, dia dapat melihat jelas tubuh Mamori bergetar.
"Gomen, Mamo melihatnya, Hiru-nii jangan marah ya"

'Eh? Jadi bocah sialan pikir aku yang mau marah, dasar bodoh, kekeke' Hiruma menahan tawa senangnya.

"Soalnya yang harusnya marah itu Mamo, sekarang Mamo marah sekali pada Hiru-nii" sambung Mamori. Hiruma langsung membeku dengan mata melotot dan mulut membuka menutup.
"Mamo kesal melihatnya. Hiru-nii jahat hikz hikz tidak mau mengajari Mamo tapi mau mencium kakak tadi? Apa karena Mamo jelek" suara Mamori serak.
Hiruma melangkah dan duduk di tempat tidur. Mencoba menyingkap selimut tapi di tahan oleh Mamori.
"Tidak mau, Hiru-nii jahat, pelit, galak, jelek lagi" kata terakhir Mamori membuatnya mengerucutkan bibir. 'Hey aku tampan'
"Mamo ke. . .Eh?" Grep, Mamori terkejut karena merasakan sesuatu menindihnya. Ya Hiruma memeluk Mamori dari balik selimut. "Bocah sialan menyebalkan, dengar bukankah aku sudah bilang kau masih ingusan, aku tak akan mau mengajari hal-hal begitu, aku bukan pelit tapi hanya menjaga, tidak mau kau rusak seperti wanita-wanita murahan yang ku kenal, juga sepertiku" suara Hiruma mengecil, dia semakin erat memeluk Mamori dan menenggelamkan wajahnya.
"Aku takut malaikat sepertimu terkena virus akuma sepertiku bodoh, kau mengerti?"
Mamori membuka selimut dan menatap Hiruma. "Hi Hiru-nii hikz hikz" Mamori menghambur kepelukan Hiruma dan menenggelamkan wajah pada dada Hiruma. "Gomen Mamo selalu merepotkan" Hiruma tersenyum membelai Mamori.
"Jangan ngambek lagi, kau membuatku pusing bodoh"

"Hiru-nii"
"Hn"
"Hiru-nii hangat"
"Kau suka?" menyeringai.
Mamori mengangguk, "Sangat suka" jawabnya sambil tersenyum. 'Sial manis'
"Eh Hiru-nii kenapa merah?" tunjuk Mamori polos sambil menusuk-nusuk pipi Hiruma dengan jari.
"Apa? S sial" BRAK, Hiruma berlari secepat kilat ke luar kamar.
"Eh kenapa?" Mamori bengong.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 1 Desember 2011 inci Fanfiction, Part

 

Tag: , , ,

||#(( Ai no Baka ))#|| Chapter 6!!

~//(( Ai no Baka ))\\~

Chapter 6 >.<

~**~
Saat pulang sekolah. . .
"Sakura maukah kau menemaniku ke toko buku?" tanya Hinata.
"Ah boleh, ayo" jawab Sakura.
"Kalian mau kemana?" tanya Sasuke.
"Toko buku, kau pulang duluan saja ya su a mi ku"kata Sakura jahil membuat Sasuke blushing.
"Saku aku. . ."Sasuke cemas.
"Tenang saja aku akan hati-hati dalam menyebrang" kata Sakura.
"Dia sudah menunggu, kita harus cepat, agar Sasuke tak curiga Saku-chan?" bisik Hinata.
"Iya, ayo"

"Baiklah kau ikut aku saja Sasuke, aku ingin beli baju buat acara kencanku dengan Hina-chan" kata Naruto.
"Cih, kau seperti perempuan saja" ejek Sasuke.
"Hey ayolah, aku butuh pengamat, lagipula kau juga bisa ikut membelinya mungkin buat kencan dengan Sakura-chan, jangan bertengkar terus bisa cinta loh" Naruto tertawa jail dan menarik tangan Sasuke.

~**~
Malam hari di rumah Sasuke. . .
"Sakura, selamat tidur"
"Iya selamat ti. . ."cup, Sasuke mencium kening Sakura.
"Eh Sasuke" Sakura blushing.
"Kenapa, kau kan istriku" senyum jail Sasuke.
"Oh istrimu, kalau begitu, kenapa kau selalu tidur di kamar sebelah?" tanya Sakura tak kalah jail.
"Ah su sudahlah,aku tak kan bercanda lagi" kata Sasuke dan Sakura tertawa kecil, "Makanya jangan jail, tapi terimakasih sudah menjaga dan sampai membawaku ke sini walau dengan alasan yang aneh"
"Hey kau ini, baiklah aku tidur dulu, selamat malam"
Sasuke buru-buru menutup pintu dan masuk ke kamarnya.
"Hah dasar tuan kutub, lucu sekali, suami darimana, dari hongkong, akan ku balas kau" kata Sakura tertawa kecil.

Sasuke berbaring di tempat tidur,"Hah jantungku rasanya mau meledak, apa jadinya kalau aku beneran tidur dengannya, tidak tidak jangan jangan" Sasuke menenggelamkan diri dalam selimut.

~**~
Pulang Sekolah. . .
"Saku-chan nanti kau jadi ikutkan?" tanya Hinata.
"Tentu" jawab Sakura ceria.
"Jadi apa?" tanya Sasuke.
"Lihat kembang api dari atas bukit" jawab Naruto semangat.
"Aku malas" jawab Sasuke.
"Kita pergi sama-sama ya" kata Sakura memelas.
"Kau ini"
"Ayolah" puppy eyes no jutsu.
"Ayolah Sasuke" Naruto dan Hinata ikutan.
"Hah iya iya. Ayo pulang" Sasuke merengut.

~**~
. . .Pesta kembang api. . .

"Uahh bagus sekali" Sakura tertawa senang.
"Iya kau benar Saku-chan" Hinata dan Naruto bersemangat sedangkan Sasuke hanya diam berwajah bosan.
"Sst sst…Hina-chan dia sudah datang" Naruto berbisik.
"Ah benar itu dia. . .Saku-chan ini saatnya, siap-siaplah" bisik Hinata dan Sakura mengangguk.

"Ah ya ampun lihat itu indah sekali dan itu juga ba. . ."Brukk, Sakura menabrak seorang pemuda. "Ah maaf" kata Sakura.
"Hey kau Sakura kan?" tanya pemuda itu.
"Eh kau?" kata Sakura terkejut.
"Kau kenal dia" Sasuke menatap pemuda itu.
"Ah Neji-nii, kau di sini?" tanya Hinata. Sasuke menatap bingung.
"Hey Sasuke, dia Neji, sepupu Hinata, wajar kau tak tahu dia baru pulang dari Korea" Naruto menepuk bahu Sasuke.
"Perkenalkan aku Neji" mengulurkan tangan.
"Sasuke Uchiha" jawab Sasuke dingin menghiraukan tangan Neji. Merasa Sasuke tak bersahabat Neji menarik tangannya.

'Tak kusangka aku langsung dapat tatapan setan darinya' batin Neji yang masih saling tatap-tatapan.

"Aku bertemu dengannya kemaren" kata Sakura, sedangkan Sasuke malah mendeathglare Neji.
"Ehem, Sasuke jaga sikapmu" Naruto menyikut pelan.
"Ah Neji-kun, kau kesini bersama siapa?" tanya Sakura.

'Kun? Dia juga diberinya embel-embel kun? Sial' Sasuke kesal.

"Aku sendirian, ternyata aku beruntung bisa bertemu denganmu lagi" Neji tersenyum.
"Cih" Sasuke membuang muka.
"Eh bagaimana kalau Neji-nii bergabung saja dengan kami" saran Hinata.
"Hn baiklah" kata Neji.
"Hey ayo kita duduk disana, aku rasa enak agak sepi" kata Naruto. Dan akhirnya mereka mengikuti Naruto ke atas bukit.

"Em Sakura bolehkah aku mengatakan sesuatu?" tanya Neji.
"Eh tentu saja, memangnya ada apa Neji-kun" tanya Sakura.
"Em bisakah kita bicara berdua saja?"
"Eh berdua? Ah itu. . ."
"Tentu saja bisa, sudah sana" Hinata mendorong Sakura pergi. Sasuke langsung berdiri tapi langsung di tarik Naruto, "Eh Sasuke biarkan saja, jangan mengganggunya"

Sakura dan Neji pergi ketempat tak jauh dari tempat mereka tadi. Dari tempatnya, Sasuke selalu melirik tak suka Sakura yang terlihat tertawa bersama Neji.
"Hey lihat mereka serasi ya" Naruto tersenyum jail.
"Benar, aku rasa Neji-nii menyukai Sakura" tambah Hinata.
"Ah aku harap Neji menebak Sakura saat ini juga" kata Naruto bersemangat tanpa memperdulikan wajah kusut Sasuke di sampingnya.
"Hey hey kalian lihat itu" Hinata menarik tangan Naruto.
"Hah hebat, ayo ayo" Naruto mengepalkan tangannya semangat. Ternyata di ujung sana terlihatlah Neji yang wajahnya mendekat pada wajah Sakura yang memerah, mereka terlihat hendak berciuman saja.
"Sas li. . .Hey Sasuke mau kemana?" Naruto menahan Sasuke yang mengepalkan tangan hendak menuju kesana.
"Lepaskan aku" dengan dingin Sasuke menatap Naruto.
"Hey ayolah, biarkan mereka"
"Lepaskan"
"Sudahlah bi. . ."
"AKU BILANG LEPASKAN BODOH" teriak Sasuke marah dan mengkibaskan tangannya dengan kasar dan pergi.

"Hey kita. . .Berhasil" Naruto tersenyum lebar.
"Benar, sukses" Hinata tertawa.
Tapi. . . "Uwah gawat, SASUKE HEY JANGAN. . ." teriak Naruto panik dan DUAK, Neji tersungkur di tanah.
"Astaga hentikan Sasuke-kun, sudah" Sakura menahan Sasuke.
"JANGAN SENTUH DIA!" teriak Sasuke pada Neji.
"Neji-nii kau tak apa?" Hinata menatap Neji cemas.
"Sasuke kau kenapa?" Naruto menatap Sasuke.
"Hey, kenapa kau marah?" tanya neji santai mengelap darah di bibirnya.
"Bukan urusanmu"
"Akan menjadi urusanku karena aku menyukai Sakura"
"APA, KA. . ."
"Sasuke hentikan!" cegah Sakura.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 1 Desember 2011 inci Fanfiction, Part

 

Tag: , , , , ,

||#Saigo no Teki#|| Chapter 4!!

((S a I g 0 no T e K i))

~**Chapter 4**~ >.<

"Aargg aku badmood berat" Rukia duduk di taman dan mencabuti rumput dengan brutal.
"Kau berbakat jadi tukang kebun midget"
sebuah suara familiar sedikit mengagetkan Rukia.
Ichigo berjalan mendekat. Rukia meliriknya tajam lalu membuang muka.

'Hn tumben tidak langsung mengomel, apa sakit? Ah apa dia juga lupa ya yang kemaren?' Ichigo menatap heran Rukia.

"Aku tak menyangkah sepertinya kau tidak keberatan menerima ciumanku ya" ejek Ichigo sambil mendudukkan diri disamping Rukia.
". . . ."

'Ciuman? Uwekk siapa juga yang bakal tidak keberatan disentuh bibir yang sudah kadaluarsa di tangan gadis-gadis, dasar playboy' Rukia mengomel dalam hati.

"Hoy diam sekali, kau sakit midget?"
". . ."
"Ck sudahlah" Ichigo menjatuhkan punggungnya di rerumputan.

Suasana hening, padahal biasanya mereka pasti akan selalu ribut.

"Oh ya, hoy kau tadi ke atap ya" tanya Ichigo mengisi keheningan.
Rukia tersentak"…Tidak" jawab Rukia. "Sudah sana pergilah saat ini aku tak berminat meladenimu" Usir Rukia mendorong dan menggulingkan tubuh Ichigo.
"Hoy kau kenapa sih midget, hari ini kau sa-ngat a-neh"
"Terserah aku bodoh, sudah sana urusi saja wanita-wanitamu jangan menggangguku jeruk" hardik Rukia kesal.
Ichigo mengerutkan kening, sedetik kemudian tawanya lepas dengan kerasnya.
Rukia menatap bingung, "Kau gila jeruk?"
"Ternyata kau cemburu padaku ya midget, hahaha"
Rukia melotot "A apa?"
"Kau tadi melihatku di atap kan, iya kan terus kau cemburu dan kesal mencabuti rumput disini, hahaha" Ichigo dengan blak-blakan mengutarakan opininya err atau faktanya ya.
Pipi Rukia merona, dia mengembungkan pipinya dan menatap tajam Ichigo.
"Kau!! DASAR JERUK BUSUK, JANGAN PD KAU BODOH!!"
BLETAKK,,
"Aww SAKIT MIDGET" Ichigo memegangi kepalanya yang dijitak Rukia.
"Mau lagi, dengan senang hati akan ku be. . ."
"Ichi-kun" sebuah suara memotong perkataan Rukia.
Seorang gadis berdiri di depan mereka. Dia adalah Senna, anak 2-B2. Wajah cantiknya tampak sayu menatap Ichigo.

"Hn ada apa?" Ichigo bertanya dengan dingin.
"A aku ingin bicara" Senna menatap harap Ichigo, "Kumohon"
Ichigo menatap balik Senna dengan datar. Rukia hanya bengong, apalagi melihat perubahan sikap Ichigo.
'Ini anak makannya apa ya, jeruk dua dimensi ya, a auranya jadi dingin begini'

"Bicaralah"
"A anu ta tapi…" Senna melirik Rukia dengan pandangan tak suka, 'Ada pengganggu disini'
Rukia yang dilirik begitu, langsung manyun, "Ya ya aku per.."
GREPP,,
Ichigo menahan lengan Rukia, "Diam saja disini, aku masih ada urusan denganmu" Rukia bengong tapi entah mengapa menurut dan duduk kembali.
"Cepat katakan!"
Senna terlihat kesal, "Aku sangat mencintaimu Ichi-kun jadi aku…"
"Belum cukupkah yang aku katakan tadi" potong Ichigo.

*FLASHBLACK ON*
"Ichi-kun aishiteru"
Seorang gadis berdiri di depan seorang pemuda berambut orange yang berwajah dingin.
"Pergilah, aku tak menyukaimu"
"Ichi aku sudah menyukaimu sejak pertama masuk SMA, ja jadi aku mohon beri aku kesempatan" gadis itu menangis.
Ichigo berjalan mendekati gadis yang kini tengah bersandar pada dinding. Dia meletakkan satu tangannya di samping kepala gadis itu dan satu tangannya dimasukkan kedalam saku celana.
Ichigo menunduk dan berbisik di dekat telinga gadis itu, "Lupakan aku! Sudah ada gadis yang merebut hatiku, kau mengerti tak akan ada kesempatan untukmu atau untuk yang lain. Jadi jangan mengganggu dan mengejarku lagi!"

TAP TAP TAP TAP. . .
Ichigo mengerutkan kening mendengar sebuah langkah keras yang semakin mengecil dari tangga.
"Kuharap kau mengerti"
Ichigo berjalan pergi, meninggalkan gadis itu yang menunduk dan menangis sedih. Saat mencapai pintu Ichigo melihat siluet gadis munggil di lantai dasar tangga.

*FLASHBLACK OFF*

"Aku tak bisa melupakanmu" gadis itu menangis lagi.
". . ."
"Aku. . ."
"Kalau tak ada lagi, aku pergi sekarang" Ichigo berdiri tak lupa tangannya menarik tangan Rukia yang berwajah bingung, tak mengerti, 'Memangnya apa yang terjadi sih?'
"Ichi-kun tunggu, aku. . ."
"Gomen!" hanya itu tanggapan Ichigo lalu berjalan pergi.

"Hah merepotkan sekali" gerutu Ichigo berdiri di bawah pohon Sakura di belakang sekolah.
"Hoy jeruk ada apa sih tadi?" tanya Rukia dibelakangnya.
"Eh midget kenapa kau ada disini?" tanya Ichigo seolah sangat terkejut.
"Kenapa apanya, kau kan yang menarikku kesini bodoh" sembur Rukia.
"Benarkah? Padahal tadi aku hanya menarik tanganmu saja bukan kaunya" Ichigo berwajah innocent.
"Kau!! Arrggh aku bisa gila menghadapimu" Rukia membuang muka kesal.
Ichigo tertawa dan mengacak rambut Rukia.
Pipi Rukia sedikit merona dibuatnya. "A apa sih"

'Tu kan apa yang ku bilang dua dimensi tadi berubah kayak beruang kutub sekarang ribut lagi'

"Kenapa midget?"
"Tidak ada, sudah sudah, aku pergi" Rukia berbalik pergi.
"Hoy kemana midget?"
"Bunuh diri" teriak Rukia.
"Eh jangan! Mending kubunuh saja"

BRUAK,, GELONTANG!!
Sebuah tong sampah melayang hendak menghantam Ichigo.
"Kau yang akan kubunuh duluan jeruk"
Rukia meneruskan jalannya meninggalkan Ichigo yang terkikik.
"Benar-benar gadis super" gumam Ichigo.

"Hah bosan, sepi dech" keluh Rukia duduk sendirian dikelas, semua temannya entah kemana.
"Tau begini tadi di halaman belakang saja, itung-itung ada jeruk yang menggangguku, aa~ bosan~" desah Rukia.
"Eh barusan yang lewat bukannya Kaien-senpai ya" Rukia bertanya pada dirinya sendiri. Dia buru-buru mengejarnya,
"Ka…Eh?"
Rukia tidak jadi memanggilnya, lantaran senpainya itu sudah menghilang. Koridor lantai dua kini sepi tak ada siapapun semua lebih memilih ke lantai bawah karena dekat kantin.
"Kemana tadi ya?" Rukia bingung.
"Sudahlah" Rukia hendak berbalik tapi daun pintu dari salah satu kelas bergerak sehingga menarik perhatiannya.

Dengan pelan Rukia mendekati pintu itu, mendorong sedikit dan dia ternganga menatap apa yang ada di depannya.
Kaien tengah berciuman dengan seorang gadis bahkan kini tengah menciumi leher gadis itu sampai membuat gadis itu mendesah.
"I i i i itu i i itu. . .Ehmmp" Rukia ditarik kebelakang oleh seseorang, mulutnya dibungkam dengan sebuah tangan.
"Kau"
"Ssst"
Belum sempat protes, dia telah ditarik pergi.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada 1 Desember 2011 inci Fanfiction, Part

 

Tag: , ,