~**Bad Boy si Akuma**~
Chapter ì7 >.<
*Mamori Ngambek*
2 hari kemudian. . .
Karena kepelitan Hiruma tidak mau mengajari, Mamori ngambek. Hiruma pusing dibuatnya lantaran Mamori tidak mau tersenyum, hanya cemberut dan tidak mau dekat-dekat Hiruma.
"Bocah sialan cepat makan"
Tap tap, Mamori menuju meja makan dan duduk di pojokan. Dia menyantap makanannya tanpa suara. Hiruma meliriknya lalu membuang nafas.
'Ck sampai kapan dia jadi patung es sialan begitu'.
"Sudah selesai" Mamori berdiri membawa piringnya lalu mencucinya.
'Ck dia tidak menghabiskan makanan sialannya lagi' keluh Hiruma dalam hati.
~**~
"Hoy Hiruma ada apa? Kuperhatikan sepanjang kuliah kau melamun terus?"
"Hn tidak"
"Hey aku sudah lama mengenalmu, baru kali ini melihatmu begini"
"Jangan berisik"
"Hey cerita saja ada apa?" Kosuke manarik-narik lengan Hiruma.
"Tidak ada" Hiruma menatap malas.
"Hah ya sudah dech"
Mereka melanjutkan jalan menuju tempat parkir.
"Anak kecil ngambek..B bagaimana menghadapinya?" ucap Hiruma tiba-tiba.
"Eh apa? Ngambek? Siapa?" Kosuke bingung.
"Ck sialan jawab saja kenapa?"
"Iya iya galak amat" Kosuke memonyongkan bibir. "Ehem baik, ya tinggal turuti permintaanya atau alihkan perhatiannya dengan membelikan mainan mungkin atau aha ke taman hiburan, pasti senang" jelas Kosuke.
'Ck benar juga, mungkin ide teman sialan ini bisa dipakai'
"Hiruma-kun~" teriak seorang wanita dari jauh, dia adalah Karin teman sekampus mereka.
"Kenapa sialan?"
"Malam ini kita bersenang-senang yuk" ucapnya manja.
"Aku sibuk" jawab singkat Hiruma lalu menuju motornya.
"Hiruma-kun~ kenapa akhir-akhir ini kau selalu menolakku?"
Hiruma cuek dan dengan segera memacu motornya pulang.
"Tidak hanya kau, semua wanitanya juga menggerutu sepertimu kok" kata Kosuke.
"Eh kenapa? Apa dia punya mainan baru? Siapa? Terus di.."
"Mana ku tahu, sudah aku pulang duluan ada janji" Kosuke memacu motornya.
"Sial, siapa wanita yang berani-beraninya menguasai Hiru-kun sendirian, harus cepat" gerutu Karin.
Tiba di apartemen, Hiruma melihat Mamori duduk melihat TV. Hiruma duduk di sofa samping Mamori tapi Mamori langsung berdiri untuk menjauh, namun Hiruma menahannya dan mendudukkannya kembali.
"Mamo haus mau minum"
"Aku mau bicara bocah sialan"
Mamori diam, Hiruma melanjutkan "Aku bukannya pelit bodoh, tapi.."
Tet Tet, bel apartemen berbunyi.
'Ck siapa orang sialan yang datang, pengganggu sialan'
"Mamo buka pintu dulu"
"Tidak usah biar aku saja"
Hiruma menuju pintu dan membukanya.
CEKLEK, "Hiruma-kun~ rupanya benar kau dirumah" seorang wanita masuk dan langsung memeluk Hiruma, dia Karin.
"Ck ada perlu apa wanita sialan?"
"Aku ingin bermain denganmu bad boy sayank~ emmph" Karin memeluk leher Hiruma dan langsung menciumnya. Hiruma diam saja tak menolak dan tak membalas.
Karin melepaskan pangutannya dan bersandar pada dada Hiruma.
"Sudah puas wanita sialan, ini yang terakhir jangan menggangguku lagi" ucap Hiruma dingin di dekat telinga Karin dan terlihat seolah Hiruma tengah mencium Karin dari posisi Mamori. Ya dia melihat semuanya. Mamori mematung, dia terlampau kaget melihat pemandangan itu.
Dan tanpa sengaja Hiruma melihatnya, pandangan matanya bertubrukan dengan pandangan Mamori. Sadar akan itu Mamori mundur dan bergegas lari menuju kamar.
"Apa maksudmu Hiru-kun?"
"Pergilah"
"Kenapa?"
"CK AKU BILANG PERGI WANITA SIALAN" berteriak mendorong Karin ke luar.
"Tunggu kenapa?" BRAKK, Hiruma membanting pintu.
'Sial, aku lupa ada dia, harusnya segera kulempar wanita sialan ini daritadi' Hiruma mengacak-acak rambutnya, dia bergegas menuju kamar.
Dengan ragu Hiruma membuka pintu, Ceklek. Hiruma menemukan Mamori yang tengah meringkuk di tempat tidur dan menutup seluruh badannya dengan selimut.
"H hey bocah sialan kau.."
"Gomen.."
"Eh?" Hiruma bingung, dia dapat melihat jelas tubuh Mamori bergetar.
"Gomen, Mamo melihatnya, Hiru-nii jangan marah ya"
'Eh? Jadi bocah sialan pikir aku yang mau marah, dasar bodoh, kekeke' Hiruma menahan tawa senangnya.
"Soalnya yang harusnya marah itu Mamo, sekarang Mamo marah sekali pada Hiru-nii" sambung Mamori. Hiruma langsung membeku dengan mata melotot dan mulut membuka menutup.
"Mamo kesal melihatnya. Hiru-nii jahat hikz hikz tidak mau mengajari Mamo tapi mau mencium kakak tadi? Apa karena Mamo jelek" suara Mamori serak.
Hiruma melangkah dan duduk di tempat tidur. Mencoba menyingkap selimut tapi di tahan oleh Mamori.
"Tidak mau, Hiru-nii jahat, pelit, galak, jelek lagi" kata terakhir Mamori membuatnya mengerucutkan bibir. 'Hey aku tampan'
"Mamo ke. . .Eh?" Grep, Mamori terkejut karena merasakan sesuatu menindihnya. Ya Hiruma memeluk Mamori dari balik selimut. "Bocah sialan menyebalkan, dengar bukankah aku sudah bilang kau masih ingusan, aku tak akan mau mengajari hal-hal begitu, aku bukan pelit tapi hanya menjaga, tidak mau kau rusak seperti wanita-wanita murahan yang ku kenal, juga sepertiku" suara Hiruma mengecil, dia semakin erat memeluk Mamori dan menenggelamkan wajahnya.
"Aku takut malaikat sepertimu terkena virus akuma sepertiku bodoh, kau mengerti?"
Mamori membuka selimut dan menatap Hiruma. "Hi Hiru-nii hikz hikz" Mamori menghambur kepelukan Hiruma dan menenggelamkan wajah pada dada Hiruma. "Gomen Mamo selalu merepotkan" Hiruma tersenyum membelai Mamori.
"Jangan ngambek lagi, kau membuatku pusing bodoh"
"Hiru-nii"
"Hn"
"Hiru-nii hangat"
"Kau suka?" menyeringai.
Mamori mengangguk, "Sangat suka" jawabnya sambil tersenyum. 'Sial manis'
"Eh Hiru-nii kenapa merah?" tunjuk Mamori polos sambil menusuk-nusuk pipi Hiruma dengan jari.
"Apa? S sial" BRAK, Hiruma berlari secepat kilat ke luar kamar.
"Eh kenapa?" Mamori bengong.